MAHAR PEREMPUAN DAN STATUS SOSIAL EKONOMI TERHADAP KONSTRUKSI BUDAYA DI KABUPATEN SUMBAWA Studi Kasus Di Desa Penyaring Kecamatan Moyo Utara Kabupaten Sumbawa
Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masalah Mahar Perempuan dan Status Sosial Ekonomi, Kebudayaan, dan prosesi pernikahan yang dimulai dari Bajajak, Bakatoan, Saputes Leng, Nyorong, Barodak, Nikah dan Basai Terhadap Konstruksi Budaya di Kabupaten Sumbawa studi kasus pada masyarakat Desa Penyaring Kecamatan Moyo Utara Kabupaten Sumbawa.Tujuan Penelitian ini ada dua yaitu untuk mengetahui bagaimana persepsi atau pandangan masyarakat terhadap mahar pernikahan dan untuk mengetahui mengapa status sosial menjadi patokan dalam mahar pernikahan di Desa Penyaring Kecamatan Moyo Utara Kabupaten Sumbawa. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Dalam pengumpulan data menggunakan teknik wawancara. Uji keabsahan data yang digunakan adalah triangulasi metode, triangulasi teori, dan triangulasi, dalam teknik analisis data kualitatif menggunakan reduksi data, penyajian data, dan menarik kesimpulan atau verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penentuan nilai mahar dilihat dari tingkat pendidikan, status ekonomi dan status sosial masyarakat, semakin tinggi kedudukan suatu masyarakat semakin tinggi pula mahar yang akan di hantarkan. Jumlah seserahan yang di berikan sangat beragam tergantung kemampuan pihak laki-laki namun lajimnya di masyarakat desa penyaring sekitar sekitar 30-60 juta dan bahkan sampai sekitar 100 juta bagi masyarakat yang punya kedudukan tinggi dari status sosialnya. Dan budaya yang yang ada di tengah-tengah masyarakat masih di realisasikan sampai sekarang.
Kata Kunci:
Mahar Perempuan, Status Sosial Ekonomi, Konstruksi Budaya.