PENDAPATAN PENGRAJIN TENUN DAN PERBANDINGANNYA DENGAN STANDAR KEMISKINAN BADAN PUSAT STATISTIK DAN BANK DUNIA
Abstrak
Desa Poto Kecamatan Moyo Hilir merupakan sentra tenun tradisional di Kabupaten Sumbawa. Permasalahan
yang kemudian muncul adalah karena tidak efisiennya dalam proses produksi, Sehingga berpotensi terhadap
rendahnya pendapatan para pengrajin. Penelitian ini berjenis deskriptif, menggunakan teknik pengumpulan
data dengan metode wawancara. Responden penelitian ini adalah pengrajin tenun berjumlah 30 orang. Alat
analisis yang digunakan adalah analisis pendapatan/keuntungan usaha dan Headcount Index untuk
menghitung tingkat kemiskinan pengrajin tenun dengan mengkomparasikan pengeluaran atas standar BPS
dan Bank Dunia. Hasil penelitian ini adalah : pertama, dapat disimpulkan bahwa jika di komprasikan
berdasarkan standar BPS (berdasarkan indikator keuntungan) terdidentifikasi bahwa semua pengrajin tenun
(100%) berada di atas standar/garis kemiskinan (tidak miskin). Namun berdasar pada standar kemiskinan
yang ditetapkan oleh Bank Dunia (berdasarkan indikator pendapatan) 86,66% pengrajin tenun masuk dalam
kriteria miskin. Kedua jika berdasarkan indikator pengeluaran dengan standar BPS (Rp 425.250,-/bulan)
teridentifikasi bahwa 29 responden (97%) yang tergolong misikin dan sebanyak 1 responden (3%) yang
tidak tergolong miskin, Namun berdasar pada standar kemiskinan yang ditetapkan oleh Bank Dunia
(berdasarkan indikator pengeluaran) (Rp 840.000,-/bulan). Berdasarkan kriteria Bank Dunia ada 30 orang
responden (100%) pendapatannya di bawah standar.